ANCAMAN BAGI ORANG YANG SUKA BERDEBAT
Firman Allah: “Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah kecuali orang-orang kafir” (QS Al-Mukmin: 5)
Ini adalah ancaman mereka yang apabila dikemukan dalil ‘Firman Allah dan Sabda Rasulullah’ tetapi masih berdegil. Perbuatan mahu terus berdebat menunjukkan seseorang itu ragu-ragu, bahkan tidak mahu terima firma Allah dan Sabda Rasulullah. Mereka memberi banyak alassan.
Firman Allah: “Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah kecuali orang-orang kafir” (QS Al-Mukmin: 5)
Ini adalah ancaman mereka yang apabila dikemukan dalil ‘Firman Allah dan Sabda Rasulullah’ tetapi masih berdegil. Perbuatan mahu terus berdebat menunjukkan seseorang itu ragu-ragu, bahkan tidak mahu terima firma Allah dan Sabda Rasulullah. Mereka memberi banyak alassan.
SIFAT MUSYRIKIN ADALAH MEMECAHBELAHKAN AGAMA DENGAN BIDAAH (AJARAN BARU)
Firman Allah: “Dan janganlah kamu termasuk orang yang menyekutukan Allah, iaitu mereka memecahbelahkan agama mereka dan berpuak-puak” (QS Ar-Rum: 31-32)
Sikap orang musyrikin adalah mereka memecahbelahkan agama dengan mengubah ajaran nabi mereka, membuat tafsiran baru, mentafsirkan kitab ikut selera sendiri. Tentu sahaja akan menyebabkan perpecahan kerana masing-masing ikut akal atau hawa nafsu. Sedangkan tiada usaha untuk mencari titik pertemuan atau kembali kepada kebenaran (Allah dan RasulNya). Itulah punca perpecahan dan akhirnya menjadi berpuak-puak.
MUSYRIKIN SESAT KERANA TIDAK KEMBALI KEPADA ASAS AGAMA IAITU QURAN & HADIS
Sifat orang musyrikin adalah memecahbelahkan agama adalah dengan cara mengadakan pemikiran dan amalan baru dalam agama. Demikian juga sifat berpuak-puak seperti mendakwa ‘puak aku betul dan puak engkau sesat’. Tiada usaha untuk menarik orang kepada kebenaran dan mencari titik pertemuan. Dakwah Islam adalah apabila kita mengajak orang dan bukan menolak orang.
Sifat musykrin suka berbantahan dan berdebat seperti kaum Bani Israel dengan nabi Musa as. Adapun kaedah orang Islam dalam perselisihan adalah dengan merujuk firman Allah, ‘Jika kamu berselisih dalam apa sahaja perkara, maka kembali Allah (Quran) dan Rasul (Sunnah)’.Jika perlu berdebat perlu kembali kepada dalil.
Firman Allah: “Dan janganlah kamu termasuk orang yang menyekutukan Allah, iaitu mereka memecahbelahkan agama mereka dan berpuak-puak” (QS Ar-Rum: 31-32)
Sikap orang musyrikin adalah mereka memecahbelahkan agama dengan mengubah ajaran nabi mereka, membuat tafsiran baru, mentafsirkan kitab ikut selera sendiri. Tentu sahaja akan menyebabkan perpecahan kerana masing-masing ikut akal atau hawa nafsu. Sedangkan tiada usaha untuk mencari titik pertemuan atau kembali kepada kebenaran (Allah dan RasulNya). Itulah punca perpecahan dan akhirnya menjadi berpuak-puak.
MUSYRIKIN SESAT KERANA TIDAK KEMBALI KEPADA ASAS AGAMA IAITU QURAN & HADIS
Sifat orang musyrikin adalah memecahbelahkan agama adalah dengan cara mengadakan pemikiran dan amalan baru dalam agama. Demikian juga sifat berpuak-puak seperti mendakwa ‘puak aku betul dan puak engkau sesat’. Tiada usaha untuk menarik orang kepada kebenaran dan mencari titik pertemuan. Dakwah Islam adalah apabila kita mengajak orang dan bukan menolak orang.
Sifat musykrin suka berbantahan dan berdebat seperti kaum Bani Israel dengan nabi Musa as. Adapun kaedah orang Islam dalam perselisihan adalah dengan merujuk firman Allah, ‘Jika kamu berselisih dalam apa sahaja perkara, maka kembali Allah (Quran) dan Rasul (Sunnah)’.Jika perlu berdebat perlu kembali kepada dalil.
Larangan Berdebat dalam Agama
Ahlus Sunnah wal Jama’ah Melarang Perdebatan dan Permusuhan Dalam Agama.
Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang dari hal tersebut. Dalam Ash-Shohihain dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
اِقْرَأُوْا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ عَلَيْهِ قُلُوْبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُوْمُوْا عَنْهُ
“Bacalah Al-Qur`an selama hati-hati kalian masih bersatu, maka jika kalian sudah berselisih maka berdirilah darinya”.
Dan dalam Al-Musnad dan Sunan Ibnu Majah –dan asalnya dalam Shohih Muslim- dari ‘Abdullah bin ‘Amr :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ وَهُمْ يَخْتَصِمُوْنَ فِي الْقَدْرِ فَكَأَنَّمَا يَفْقَأُ فِي وَجْهِهِ حُبُّ الرُّمَّانِ مِنَ الْغَضَبِ، فَقَالَ : بِهَذَا أُمِرْتُمْ ؟! أَوْ لِهَذَا خُلِقْتُمْ ؟ تَضْرِبُوْنَ الْقُرْآنَ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ!! بِهَذَا هَلَكَتِ الْأُمَمُ قَبْلَكُمْ
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar sedangkan mereka (sebagian shahabat-pent.) sedang berselisih tentang taqdir, maka memerahlah wajah beliau bagaikan merahnya buah rumman karena marah, maka beliau bersabda : “Apakah dengan ini kalian diperintah?! Atau untuk inikah kalian diciptakan?! Kalian membenturkan sebagian Al-Qur’an dengan sebagiannya!! Karena inilah umat-umat sebelum kalian binasa”.
Bahkan telah datang hadits (yang menyatakan) bahwa perdebatan adalah termasuk dari siksaan Allah kepada sebuah ummat. Dalam Sunan At-Tirmidzy dan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً
“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja””.
Imam Ahmad rahimahullah berkata : “Pokok-pokok sunnah di sisi kami adalah berpegang teguh dengan apa yang para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atasnya dan mencontoh mereka. Meninggalkan semua bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat. Meninggalkan permusuhan dan (meninggalkan) duduk bersama orang-orang yang memiliki hawa nafsu. Dan meninggalkan perselisihan, perdebatan dan permusuhan dalam agama”.
Perdebatan Yang Tercela:
Yaitu semua perdebatan dengan kebatilan, atau berdebat tentang kebenaran setelah jelasnya, atau perdebatan dalam perkara yang tidak diketahui oleh orang-orang yang berdebat, atau perdebatan dalam mutasyabih (1) dari Al-Qur’an atau perdebatan tanpa niat yang baik dan yang semisalnya.
Perdebatan Yang Terpuji:
Adapun jika perdebatan itu untuk menampakkan kebenaran dan menjelaskannya, yang dilakukan oleh seorang ‘alim dengan niat yang baik dan konsisten dengan adab-adab (syar’iy) maka perdebatan seperti inilah yang dipuji. Allah Ta’ala berfirman :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An-Nahl : 125)
Dan Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik”. (QS. Al-‘Ankabut : 46)
Dan Allah Ta’ala berfirman :
قَالُوا يَانُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Mereka berkata: “Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. (QS. Hud : 32)
Contoh-Contoh Perdebatan Syar’i:
Allah Ta’ala mengkhabarkan tentang perdebatan Ibrahim ‘alaihis shalatu wassalam melawan kaumnya dan (juga) Musa ‘alaihis shalatu wassalam melawan Fir’aun.
Dan dalam As-Sunnah disebutkan tentang perdebatan antara Adam dan Musa ‘alaihimas shalatu wassalam. Dan
Ahlus Sunnah wal Jama’ah Melarang Perdebatan dan Permusuhan Dalam Agama.
Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang dari hal tersebut. Dalam Ash-Shohihain dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
اِقْرَأُوْا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ عَلَيْهِ قُلُوْبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُوْمُوْا عَنْهُ
“Bacalah Al-Qur`an selama hati-hati kalian masih bersatu, maka jika kalian sudah berselisih maka berdirilah darinya”.
Dan dalam Al-Musnad dan Sunan Ibnu Majah –dan asalnya dalam Shohih Muslim- dari ‘Abdullah bin ‘Amr :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ وَهُمْ يَخْتَصِمُوْنَ فِي الْقَدْرِ فَكَأَنَّمَا يَفْقَأُ فِي وَجْهِهِ حُبُّ الرُّمَّانِ مِنَ الْغَضَبِ، فَقَالَ : بِهَذَا أُمِرْتُمْ ؟! أَوْ لِهَذَا خُلِقْتُمْ ؟ تَضْرِبُوْنَ الْقُرْآنَ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ!! بِهَذَا هَلَكَتِ الْأُمَمُ قَبْلَكُمْ
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar sedangkan mereka (sebagian shahabat-pent.) sedang berselisih tentang taqdir, maka memerahlah wajah beliau bagaikan merahnya buah rumman karena marah, maka beliau bersabda : “Apakah dengan ini kalian diperintah?! Atau untuk inikah kalian diciptakan?! Kalian membenturkan sebagian Al-Qur’an dengan sebagiannya!! Karena inilah umat-umat sebelum kalian binasa”.
Bahkan telah datang hadits (yang menyatakan) bahwa perdebatan adalah termasuk dari siksaan Allah kepada sebuah ummat. Dalam Sunan At-Tirmidzy dan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً
“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja””.
Imam Ahmad rahimahullah berkata : “Pokok-pokok sunnah di sisi kami adalah berpegang teguh dengan apa yang para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atasnya dan mencontoh mereka. Meninggalkan semua bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat. Meninggalkan permusuhan dan (meninggalkan) duduk bersama orang-orang yang memiliki hawa nafsu. Dan meninggalkan perselisihan, perdebatan dan permusuhan dalam agama”.
Perdebatan Yang Tercela:
Yaitu semua perdebatan dengan kebatilan, atau berdebat tentang kebenaran setelah jelasnya, atau perdebatan dalam perkara yang tidak diketahui oleh orang-orang yang berdebat, atau perdebatan dalam mutasyabih (1) dari Al-Qur’an atau perdebatan tanpa niat yang baik dan yang semisalnya.
Perdebatan Yang Terpuji:
Adapun jika perdebatan itu untuk menampakkan kebenaran dan menjelaskannya, yang dilakukan oleh seorang ‘alim dengan niat yang baik dan konsisten dengan adab-adab (syar’iy) maka perdebatan seperti inilah yang dipuji. Allah Ta’ala berfirman :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An-Nahl : 125)
Dan Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik”. (QS. Al-‘Ankabut : 46)
Dan Allah Ta’ala berfirman :
قَالُوا يَانُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Mereka berkata: “Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. (QS. Hud : 32)
Contoh-Contoh Perdebatan Syar’i:
Allah Ta’ala mengkhabarkan tentang perdebatan Ibrahim ‘alaihis shalatu wassalam melawan kaumnya dan (juga) Musa ‘alaihis shalatu wassalam melawan Fir’aun.
Dan dalam As-Sunnah disebutkan tentang perdebatan antara Adam dan Musa ‘alaihimas shalatu wassalam. Dan
telah dinukil dari salafus shaleh banyak perdebatan yang semuanya termasuk perdebatan yang terpuji yang terpenuhi di dalamnya (syarat-syarat berikut) :
1. Ilmu (tentang masalah yang diperdebatkan-pent.).
2.Niat (yang baik-pent.).
3. Mutaba’ah.
4.Adab dalam perdebatan.
___
(1) Yaitu ayat-ayat yang kurang jelas maknanya pada sebagian orang karena adanya beberapa kemungkinan makna
1. Ilmu (tentang masalah yang diperdebatkan-pent.).
2.Niat (yang baik-pent.).
3. Mutaba’ah.
4.Adab dalam perdebatan.
___
(1) Yaitu ayat-ayat yang kurang jelas maknanya pada sebagian orang karena adanya beberapa kemungkinan makna
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Beradab Bukan Biadap
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
Hebatnya Sejarah Mishkat Tuan guru Maulana Hasnul Hizam hamzah #hadist #kitabnishkat #ulama #tokohilmuan #tarim #deoband #raiwindtableegimarkaz #maulanahasnulhizam
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Doa tentang kesembuhan Doa untuk Kesembuhan dalam Islam alquran surah al-isra ayat 82.
#doa penyembuh penyakit #doapenyembuhpenyakit doa penyembuh penyakit apapun doa penyembuh penyakit anxiety doa penyembuh penyakit ain doa penyembuh penyakit abdul somad doa penyembuh penyakit asma doa penyembuh penyakit asyfa doa penyembuh penyakit bayi doa penyembuh penyakit bisul doa penyembuh penyakit nabi ayub doa penyembuh penyakit uas doa penyembuh penyakit dan gangguan jin doa penyembuh penyakit kulit doa penyembuh penyakit cacar
#doa penyembuh penyakit #doapenyembuhpenyakit doa penyembuh penyakit apapun doa penyembuh penyakit anxiety doa penyembuh penyakit ain doa penyembuh penyakit abdul somad doa penyembuh penyakit asma doa penyembuh penyakit asyfa doa penyembuh penyakit bayi doa penyembuh penyakit bisul doa penyembuh penyakit nabi ayub doa penyembuh penyakit uas doa penyembuh penyakit dan gangguan jin doa penyembuh penyakit kulit doa penyembuh penyakit cacar
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
4 𝗥𝗨𝗞𝗨𝗡 𝗧𝗔𝗦𝗔𝗪𝗨𝗙 𝗗𝗔𝗟𝗔𝗠 𝗠𝗘𝗡𝗜𝗡𝗚𝗞𝗔𝗧𝗞𝗔𝗡 𝗠𝗔𝗥𝗧𝗔𝗕𝗔𝗧 𝗜𝗠𝗔𝗡
Dato' Hj. Badli Shah bin Hj. Alauddin Tasawuf adalah disiplin spiritual yang menekankan penyucian jiwa dan pendekatan diri kepada Allah. Dalam aliran Sufi, terdapat empat rukun utama yang harus dilalui oleh seseorang bagi meningkatkan martabat iman, iaitu Al-Uzlah (pengasingan diri), Al-Samt (berdiam diri), Al-Ju’ (mengawal nafsu makan), dan Al-Sahar (menjaga ibadah malam). Keempat-empat elemen ini telah diamalkan oleh para nabi dan orang-orang soleh dalam sejarah Islam, termasuk Nabi Ibrahim A.S. dan Ashabul Kahfi, sebagaimana direkodkan dalam Al-Quran. Nabi Muhammad SAW juga mengamalkan uzlah sebelum menerima wahyu di Gua Hira. Namun, tasawuf bukan sekadar zahiriah semata-mata, tetapi perlu dilaksanakan dengan kefahaman yang betul. Seorang Sufi sejati bukan sahaja menjaga ibadah dan ketakwaan dalam kesendirian, tetapi juga menghormati serta meraikan orang lain dalam kehidupan...
Dato' Hj. Badli Shah bin Hj. Alauddin Tasawuf adalah disiplin spiritual yang menekankan penyucian jiwa dan pendekatan diri kepada Allah. Dalam aliran Sufi, terdapat empat rukun utama yang harus dilalui oleh seseorang bagi meningkatkan martabat iman, iaitu Al-Uzlah (pengasingan diri), Al-Samt (berdiam diri), Al-Ju’ (mengawal nafsu makan), dan Al-Sahar (menjaga ibadah malam). Keempat-empat elemen ini telah diamalkan oleh para nabi dan orang-orang soleh dalam sejarah Islam, termasuk Nabi Ibrahim A.S. dan Ashabul Kahfi, sebagaimana direkodkan dalam Al-Quran. Nabi Muhammad SAW juga mengamalkan uzlah sebelum menerima wahyu di Gua Hira. Namun, tasawuf bukan sekadar zahiriah semata-mata, tetapi perlu dilaksanakan dengan kefahaman yang betul. Seorang Sufi sejati bukan sahaja menjaga ibadah dan ketakwaan dalam kesendirian, tetapi juga menghormati serta meraikan orang lain dalam kehidupan...
Forwarded from Abe Mihjan ©
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Al-aqsha bukan hanya urusan rakyat Palestine tapi urusan kaum muslimin, maka jangan pernah berpaling untuk selalu membela dan peduli dengannya dan kebebasannya adalah tanggungjawab kita semua.❤️ #islam #muslim #islamic_video #alquds #alaqsa #masjidilaqsa #tauhid #islamdaily
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Rahmat ALLAH dalam pengampunan dosa
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Anda ada masalah macam niii tengok video ni samai habis #ustazmalekbest#islamicnutrionalmedecine #islamichealing #heavenlifecaffe #kembalisihat #doatarikrezeki
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
اللهم صل على سيدنا محمد🥰
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Hukum orang tak jawap Salam
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Menjawab Tuduhan Purdah #habibalizainalabidin